Kala raut wajah senja dikelamkan detik - detik waktu
Tragedi - tragedi terasa maya dalam nyata
Mata kaki memancarkan darah
Timah panas bersarang di dada raga - raga yang lemah
Disis lain
Kilau gemerlap fatamorgana kemerdekaan di depan mata
Sang merah putih menagis darah
Bersanding dengan raja siang
Raja siang menagis di horison barat
Menangisi senja yang dikelamkan waktu
Cinta itu tenggelam di palung hati
Terkubur dalam
Cinta itu kini mati suri
Butuh pangeran untuk memberikan kecupan
Membangunkan cinta suci itu
Denting hujan di muramnya senja
Deru angin munafik menampar mukaku
Mataku terpejam
Semua kurasakan begitu sakit
Aku berdiri mematung di terjalnya bebatuan
Menebarkan pandangan ke seluruh horison
Namun yang ku dapat
Hanya awan - awan hitam yang menggantung
Hatiku galau
Gelap gulita yang tak berarah
Aku mencari jalan untuk keluar
Tapi yang ku temui
Hanya tembok raksasa yang tak kasat mata
Mengurungku dalam rintihan senja ini
Deru debar jantung air
Denyut keras nadi - nadi angin
Denting tetes - tetes air yang beku
Irama musik di genteng - genteng
Ribuan tetes air hujan yang berkroyokokan
Nyawaku melayang ke atas langit tujuh
Menyaksikan ribuan rasa yang tertinggal
Tubuhku mematung
Jemari angin malam yang dingin
Meraba dan menjelajah ke seluruh tubuh
Menelusup ke celah - celahnya
Membelai dengan penuh hasrat
Desah - desah angin malam
Menggelitiki lekuk - lekuk telinga
Rasa dingin yang merasuk
Biarkan waktu tak mempunyai jeda
Mengagumi tanpa dicintai
Senyumku adalah deritaku
Tangisku adalah bahagiaku
Hening disunyinya malam
Wajah langit muram tanpa bintang - bintang
Benih - benih cinta yang mulai tumbuh
Dicampakan ke dalam jurang harapan
Pupus diterjang arus ketidakpastian
Terombang - ambing di tengah samudra kebimbangan
Tangisku tenggelam dalam senyumku
Disetiap waktu dalam sejuta detik
Senyumku menyelimuti perih batinku
Akhirnya aku terbiasa tersenyum
Dalam lautan air mata yang teramat dalam
Hingga perihnya luka seketika sembuh dengan sendirinya
Hati yang penuh delta kepedihan
Air mata terus mengalir
Ketika sekuncup bunga ditaman hatiku
Mekar menebarkan aroma - aroma ramuan cinta
Menyebarkan sihir - sihir asmara di bawah cakrawala
Sebentuk tubuhmu menghampiri bunga itu
Kau persembahkan bunga itu dihadapanku
Menciptakan sejutarasa dihatimu
Bintang - bintang hilang dari mata telanjang
Langit mencurahkan air mata
Purnama yang suram
Dewi malam lenyap ditelan monster kegelapan
Dinaungi awan - awan muram
Aku menunggumu penuh sejuta harapan
Namun yang ku dapat
Hanya angin malam yang menusuk kulit
Rasa rinduku terbalas dengan bayangan kosongmu
Dimanakah hatimu
mengagungkan kebesaran Sang Pencipta
Sebuah bulan yang berujung indah
Sebuah waktu sebuah kisah
Di sela sayup - sayup alunan ayat suci
Waktu yang penuh hikmah dan berkah
Berjalan di atas gulir - gulir kenyataan
Mimpi itu indah
Jerit debur ombak
Diiringi senyum riang sang surya
Dengan raut wajah langit buru yang mempesona
Menjadi mata - mata
Dua insan di kolong langit
Suasana hening dengan jerit bahagia
Angin dari arah laut
Membelai pipi yang merona