Selasa, 10 Agustus 2010

Sketsa Kejayaan

Awan hitam merekah
Mentari menghujamkan cahayanya
Badai keegoisan meluluhlantakan hati
Miniatur balas demdam yang apik
Sketsa langkah – langkah menuju kejayaan sesaat
Lupa bahwa keabadian hanya akan ada setelah kematian

Dimensi Fatamorgana Perjuangan

Kala raut wajah senja dikelamkan detik - detik waktu
Tragedi - tragedi terasa maya dalam nyata
Mata kaki memancarkan darah
Timah panas bersarang di dada raga - raga yang lemah
Disis lain
Kilau gemerlap fatamorgana kemerdekaan di depan mata
Sang merah putih menagis darah
Bersanding dengan raja siang

Frekunsi Jerit Kematian

Lengking menggema sangkakala meraung
Gerbang tujuh langit terbuka
Jendela – jendela surga tersibak
Planet – planet menangis
Galaksi – galaksi berhamburan
Frekuensi jerit tangis insan – insan munafik
Gelombang pasang tinggi

Tikungan Dimensi Waktu

Dentang – dentang jam malam
Sayup – sayup kepak sayap penjelajah malam
Ayat – ayat suci mengalun
Menegakkan bulu roma
Meyayat hati yang kosong
Membangunkan jiwa yang tertidur
Membuka hati yang tertutup gulitanya hidup
Indah di heningnya waktu

Rintihan Planet Biru

Angin kering bernafas di atas bumi yang kehausan
Mentari menebarkan amarah
Fatamorgana – fatamorgana amarah menggoyang – goyangkan ekornya
Kilauan raja keemasan tergeletak tak berdaya
Debu – debu mencari air kesucian

Sabtu di Pasir Putih

Ketika lingkaran terang tersenyum di balik cakrawala
Wajah langit biru tersipu malu
Arak – arakan bantalan langit yang merona
Panah – panah cahaya yang menghujam ketubuh air
Lekuk – lekuk ombak yang menggelitiki kaki

Tarian Waktu

Sebentang kesunyian
Gerak erotis jarum jam
Harmonika hidup terus memainkan nada – nadanya
Aku terus menulis
Mengikuti pikiran – pikiranku
Kenangan – kenangan

Teka – Teki Kepastian

Waktu demi waktu terus tumbuh dalam ghaib
Untuk detik – demi detik
Hingga pintu – pintu tahun tersibak kembali
Matahari sepanjang hari
Bulan sepanjang malam
Kenangan – kenangan itu belum melapuk
Aku masih menunggu kenangan itu terulang kembali
Namun kenangan itu tak dapat kembali

Lembah Harapan

Andai aku  bisa mengulang langka waktu
Aku akan meniti jembatan menuju kebahagiaan itu
Dengan berpegangan erat pada hati nurani
Bukan malah mencengkeram seutas keegoisan
Andai aku tak terpelanting dalam kecerobohan egoku
Mungkin aku takan tercebur ke dalam jurang kepedihan
Hati dan cinta diseberang tebing sana

Istana Cahaya

Senyum manis itu
Tak kuasa hati ini menahan gejolak rasa
Serpiahan rsa yang tak pernah aku inginkan
Ketika tak pernah ada senyum di dunia kelamnya dulu
Seonggok hati sebelum cahaya itu
Kini bangun dari hitamnya hidup
Memancarkan cahaya
Yang dulu diselimuti helai – helai kegelapan
Pelita hatinya menerangi relung – relung jiwanya
Menuntunnya menuju istana cahaya

Fatamorgana di Balik Cermin

Aku sesali detik waktu yang berlalu
Karena egoku cinta yang begitu indah itu lenyap
Anganku yang melayang tinggi
Menuju langit tujuh tersesat
Terperosok ked alam jurang kebodohanku sendiri
Jatuh kedalam samudra yang berair penyesalan

Melodi Hidup

Angin malam berhembus tanpa irama
Melodi hidup terdengar monoton di telinga
Kehampaan mengiringi nada – nada fals kehidupan
Not – not dimainkan tanpa nada birama
Kesepian menari – nari
Walau orkestra – orkestra tak bernyanyi
Garis – garis paranada enggan menyiratkan nada mayor maupun minor
Hanya ada nada – nada hidup yang tak singkron
Menggantung di birama awal

Hati yang Lelah

Terlambat aku menyadari
Jeritan hati nurani yang tak pernah bohong
Akan cinta yang begitu kuat berakar dalam hati
Sedalam apapun aku memendam rasa itu
Namun akhirnya cinta itu akan tetap tumbuh
Dikala sorot  mata itu memancarkan
Cahaya cinta seolah harapan itu
Muncul kembali

Sesal yang Tertinggal

Dentang – dentang jarum terdengar lebih cepat
Diiringi derap langkah waktu aku menunggu
Tinggal selangkah lagi cinta itu mencapai puncak kemenangan
Loncatan – loncatan jarum jam berdentang keras
Hari berjalan melewati hari
Keraguan menyelimuti hati yang rapuh
Mungkin hati itu belum yakin tentang cinta ini
Minggu berlari mengejar minggu

Nada Cinta di Awal Tahun

Detik demi detik
Menit demi menit
Jam berganti jam
Minggu berganti minggu
Bulan pun berganti bulan
Detik ini malam disaat tahun berganti tahun
Letupan – letupan petasan
Kerling – kerling kembang api yang menari – nari di udara bernyanyi merdu
Kerjap – kerjap lampu kota

Rintihan Malam

Jarum jam terus berputar
Detik – detik waktu terus bergulir
Kabut malam menebarkan hawa dingin
Sunyinya malam menambah panjangnya malam
Bulan sabit menangis
Bintang – bintang mematikan cahayanya
Awan hitam yang bergelantungan di akar – akar langit
Diiringi wajah langit malam yang muram
Mengembang bersama raut kepedihan di malam ini
Kosong kurasakan

Irama Pagi

Jarum jam berlari kencang
Kokok ayam bersahutan
Menyambut bangunnya mentari di horison timur
Tombak cahaya menerjang jaring – jaring cakrawala
Cercah – cercah kuning
Membangunkan angin yang tertidur
Birunya wajah langit yang tersenyum

Satu Hati Satu Cinta Selamanya

Hidup iu fana namun cinta itu baka
Cinta itu turun dari mata ke hati
Dan kadang cinta itu tak pernah terucap lewat  bibir
Cinta itu mengalir seperti air
Tapi cinta itu tak pernah mengalir ke hulunya
Cinta itu anugrah
Cinta sejati tak pernah mengenal orang ketiga
Cinta yang tercipta hanya untuk cinta

Cinta dan Anugrah

Raja siang menagis di horison barat
Menangisi senja yang dikelamkan waktu
Cinta itu tenggelam di palung hati
Terkubur dalam
Cinta itu kini mati suri
Butuh pangeran untuk memberikan kecupan
Membangunkan cinta suci itu

Bintang Surgawi

Di malam yang indah ini
Dewi malam sabit yang tersenyum
Sepasang bintang surgawi yang cemerlang
Membiaskan cahayanya
Ke alam dimensi ruang hati

Rintihan Senja

Denting hujan di muramnya senja
Deru angin munafik menampar mukaku
Mataku terpejam
Semua kurasakan begitu sakit
Aku berdiri mematung di terjalnya bebatuan
Menebarkan pandangan ke seluruh horison
Namun yang ku dapat
Hanya awan - awan hitam yang menggantung
Hatiku galau
Gelap gulita yang tak berarah
Aku mencari jalan untuk keluar
Tapi yang ku temui
Hanya tembok raksasa yang tak kasat mata
Mengurungku dalam rintihan senja ini

Rahasia di Balik Pelangi

Deru debar jantung air
Denyut keras nadi - nadi angin
Denting tetes - tetes air yang beku
Irama musik di genteng - genteng
Ribuan tetes air hujan yang berkroyokokan
Nyawaku melayang ke atas langit tujuh
Menyaksikan ribuan rasa yang tertinggal
Tubuhku mematung

Angin Hampa

Jemari angin malam yang dingin
Meraba dan menjelajah ke seluruh tubuh
Menelusup ke celah - celahnya
Membelai dengan penuh hasrat
Desah - desah angin malam
Menggelitiki lekuk - lekuk telinga
Rasa dingin yang merasuk

Kisah di Balik Awan

Biarkan waktu tak mempunyai jeda
Mengagumi tanpa dicintai
Senyumku adalah deritaku
Tangisku adalah bahagiaku
Hening disunyinya malam
Wajah langit muram tanpa bintang - bintang

Makam Kesunyian

Benih - benih cinta yang mulai tumbuh
Dicampakan ke dalam jurang harapan
Pupus diterjang arus ketidakpastian
Terombang - ambing di tengah samudra kebimbangan

Kisah Tangis dalam Senyuman

Tangisku tenggelam dalam senyumku
Disetiap waktu dalam sejuta detik
Senyumku menyelimuti perih batinku
Akhirnya aku terbiasa tersenyum
Dalam lautan air mata yang teramat dalam
Hingga perihnya luka seketika sembuh dengan sendirinya
Hati yang penuh delta kepedihan
Air mata terus mengalir

Mimpi di Siang Hari

Ketika sekuncup bunga ditaman hatiku
Mekar menebarkan aroma - aroma ramuan cinta
Menyebarkan sihir - sihir asmara di bawah cakrawala
Sebentuk tubuhmu menghampiri bunga itu
Kau persembahkan bunga itu dihadapanku
Menciptakan sejutarasa dihatimu

Bintang Jahanam

Bintang - bintang hilang dari mata telanjang
Langit mencurahkan air mata
Purnama yang suram
Dewi malam lenyap ditelan monster kegelapan
Dinaungi awan - awan muram
Aku menunggumu penuh sejuta harapan
Namun yang ku dapat
Hanya angin malam yang menusuk kulit
Rasa rinduku terbalas dengan bayangan kosongmu
Dimanakah hatimu

Sebuah Waktu Sebuah Kisah

gema takbir dari segala penjuru
mengagungkan kebesaran Sang Pencipta
Sebuah bulan yang berujung indah
Sebuah waktu sebuah kisah
Di sela sayup - sayup alunan ayat suci
Waktu yang penuh hikmah dan berkah
Berjalan di atas gulir - gulir kenyataan
Mimpi itu indah

Kencan di Keheningan

Jerit debur ombak
Diiringi senyum riang sang surya
Dengan raut wajah langit buru yang mempesona
Menjadi mata - mata
Dua insan di kolong langit
Suasana hening dengan jerit bahagia
Angin dari arah laut
Membelai pipi yang merona

Gravitasi Cinta

Kilatan tajam di bola matamu
Keindahan yang tak terungkap
Kerling indah dipelupuk matamu
Pelangi di sudut – sudut matamu
Menciptakan fatamorgana – fatamorgana penuh harapan
Jejak – jejak kaki matahari
Menapaki jalan – jalan yang tak berujung
Perasaan yang tak kurasakan

Sunyi

Malam yang kelabu
Ketika hanya ada satu bintang yang redup
Menghiasi wajah langit yang dinodai awan hitam
Dan seketika bintang itu
Lenyap ditelan alien malam
Sunyi

Kitab – Kitab Retak

Aku yang ditinggalkan bahasa
Hening dalam keheningan
Berjuta kenangan melapuk di telapak kaki
Aku hancur ditengah  baris
Tanpa kalimat dan kata – kata
Tanpa awal tanpa akhir

Noda di Helai Terakhir

Hidup di tengah kebimbangan
Antara maya dalam nyata
Liku – liku ini tak berujung
Betapa beratnya menyangga bima sakti
Hanya pelita kecil di gelapnya dunia
Tidak lebih dari seorang pecundang
Hidup dipecundangi bayang – bayang sendiri
Suratan ini di dera siksa

Mendung di Bulan Desember

Kelabu
Hitam
Pekat
Perih
Penuh kilatan halilintar
Menggores hati

Senja Violet

Senja violet di bibir pantai
Terlelap di kastil – kastil pasir
Penampakan – pernampakan di wajah air laut
Raja keemasan tergolek di dalamnya
Cemerlang diatas segalanya
Tertanam di ruang yang rapuh

Orkestra Malam

Kilauan keemasan dipucuk – pucuk rasa
Kerling mata sang dewi malam
Menghanyutkan insan – insan yang diterjang arus – arus cinta
Tubuh menyentuh tubuh
Mata menatap mata
Disaksikan sorot cahaya malam
Mata yang mengintai dibalik awan

Statistika Piramida Cinta

Seberkas pekik jingga
Membungkus senja di bukit bintang
Embun – embun cinta menetes
Aroma buah – buah pinus semerbak
Pinus – pinus bisu sejuta bahasa
Statistika aku engkau dan dia

Dialog Kebeningan

Rasakan cinta disetiap hembus nafasnya
Dari desir – desir aliran darah
Di setiap helai akar – akar asmara
Cermin – cermin diangkasa
Menciptakan bayang – bayamg geometri cinta