Selasa, 10 Agustus 2010

Dimensi Fatamorgana Perjuangan

Kala raut wajah senja dikelamkan detik - detik waktu
Tragedi - tragedi terasa maya dalam nyata
Mata kaki memancarkan darah
Timah panas bersarang di dada raga - raga yang lemah
Disis lain
Kilau gemerlap fatamorgana kemerdekaan di depan mata
Sang merah putih menagis darah
Bersanding dengan raja siangYang meneteskan air mata di peraduannya
Sepercik angan dan setetes impian
Berbaur di sudut - sudut fatamorganaUjung tombak yang bertolak pinggang
Menantang mesiu - mesiu berdesing
Nyala api semangat juang
Menjilat - jilat angan dn harapan yang membara
Walau raga jatuh berkalang tanah
Diiringi alunan musik kematian
Yang menerobos celah - celah dimensi waktu
Ruang lingkup hati yang terjal
Tidak akan hancur oleh kejamnya dunia
Tetes - tets perih dan derita yang melemahkan jiwa
Jiwa - jiwa tercebur dalam samudra fatamorgana yang berair derita
Angan dan harapan yang masih menggantung
Bersama awan - awan di akar - akar langit
Kala angin senja yang menggigil menelusup ke jantung bumi
Gema rintihan tangis terucap di bibir langit
Detik ini di dimensi waktu
63 tahun bumi pertiwi mengibarkan sang merah putih
Sang merah putih dengan gaganya berdiri tegak di tiang - tiang langit
Seonggok angan dan sebongkah harapan masih tersisa
Senyum sang dewi malam purnama di horison timur
Menciptakan jiwa pejuang yang abadi
Kerling - kerling emas sang punama
Melahirkan semangat juang
Demi kemerdekaan yang hakiki
( 17 Agustus 2008 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar